Monday, May 19, 2014

The Curette Surgery

Saat menulis di blog ini, proses kuretase yang aku alami sudah berlalu tadi pagi.

Iya tepatnya 8 hari yang lalu, kami harus kehilangan adiknya mas Arya di usia nya yang masih 6 minggu dalam kandungan. Bahasa lainnya keguguran ya, tapi kok rasanya enggan sekali menyebutkan istilah itu. Rasanya berat.. Kerabat, teman-teman bahkan mama ku sendiri pernah mengalami keguguran. Tapi tidak menyangka kalau akhirnya aku pun harus mengalaminya.

Perasaan ku sudah jauh lebih baik sekarang. Aku dan suami sudah ikhlas. Mungkin karena kami berdua sama-sama tau, ternyata kami belum sepenuhnya siap menerima kehadiran si kecil dan kami percaya rencana Tuhan pasti jauh lebih indah. Tuhan itu baiiiiiik sekali.. Meskipun kami diberikan kedukaan, tetapi Ia berikan kami pasangan yang saling menguatkan, anak pertama yang begitu lucu dan menggemaskan serta dukungan dari orang-orang sekitar. I ❤ U, Lord !

Jam 7.30 pagi, aku dan suami sampai di Rs. Carolus, tanpa mas Arya. Kami sengaja meninggalkannya di rumah bersama mba Parmi, supaya dia bisa beristirahat. Sesampainya di sana, kami langsung mengambil hasil cek darah di laboratorium Cito yang sore sebelumnya sudah kami lakukan. Lalu menuju ruang bedah di lantai 4 untuk proses pendaftaran. 

Sesampainya di lantai 4, suasana sangat sepi. Berisikan lorong dan pintu-pintu yang tertutup rapat, dengan minim petugas. Mungkin karena hari Minggu ya, dan masih sangat pagi pula. Kami jadi teringat kejadian 19 bulan yang lalu di tempat yang sama saat harus menjalani operasi sectio untuk mengeluarkan mas Arya dari rahim ibu. Banyak yang berubah, ini sih kata suami, karena posisi ku yang kebanyakan tiduran dan sedikit unconscious karena efek induksi, jadi tidak terlalu bisa melihat dengan jelas keadaan pada saat itu. Aku ingat samar-samar, lantai ini sedang direnovasi, masih agak berantakan dengan debu dan alat-alat pertukangan terlihat di sana sini. 

---

Akhirnya kami berhasil menemukan seorang satpam yang keluar dari ruang administrasi. Kami pun diarahkan menuju ruang bedah, ia memencet tombol di depan pintu otomatis, sampai akhirnya ada seorang petugas, ibu-ibu paruh baya memakai baju steril khas bagian bedah dengan rambut rapi terbungkus hair cover. Ia mempersilahkan kami duduk, berbasa-basi menanyakan kabar dan anak kami. Tidak berapa lama, ia memberika dua lembar form persetujuan tindakan operasi untuk ditanda tangani. Aku cukup mencontreng dan mengkonfirmasi data diriku. Setelahnya, aku disuruh untuk menganti pakaian dengan baju terusan khusus operasi. Agak kurang nyaman karena bagian belakangnya hanya ditalikan saja, itupun tidak rapat. Awalnya malu, terlebih karena aku harus melepas seluruh pakaian dalamku. Tapi untungnya, ruangan itu sepi dan hanya ada suami ku, petugas tersebut yang notabene ibu-ibu dan aku sendiri :))


Suasana ruang tunggu dan kamar mandi untuk mengganti pakaian.


Ia pun lalu mempersilahkan ku untuk tidur di ranjang beroda. Kemudian aku dibawa nya ke dalam ruang lain melalui pintu geser otomatis, katanya aku harus minum obat antibiotik dulu satu jam sebelum dimulai operasi jam 10 nanti. Aku cuma sempat melambaikan tangan ke suami yang sedang duduk di ruang tunggu, ah lega sekali melihatnya selalu ada saat aku membutuhkannya :). Aku dijanjikan akan keluar lagi ke ruang tunggu, agar dapat ditemani suami sampat nanti saatnya dimulai operasi.

Di dalam lorong ruang bedah itu, dua suster menyuntikku untuk memasang infus di bagian atas telapak tanganku. Aku yang paling takut dengan jarum suntik, sempat tegang di awal, karena itu proses suntik ini harus diulangi sampai 2 kali.. hukss.. sakit ! :(

Tidak lama, aku dimasukkan ke ruang bedah, di situ sudah ada 1 suster lainnya dan 1 dokter, dia tidak memperkenalkan dirinya sama sekali, jadi kupikir dia adalah dokter anestesi. Dokter Ekarini belum kelihatan batang hidungnya, karena memang pagi ini dia dijadwalkan untuk operasi cesar dulu. Ketiga suster dan dokter anestesi tersebut menyiapkan kebutuhan operasi. Aku masih ingat ketika obat pertama dan kedua dimasukkan lewat jalur infus tadi, pun saat obat ketiga dimasukkan. Tidak lama, dokter anestesi tersebut menyuruh suster-suster untuk mengangkat kaki kananku, seperti posisi maaf, mengangkang. Dia sempat bilang "Ga usah malu bu, perempuan semua". Sampai saat giliran kaki kananku mengangkat, aku sudah tidak ingat apa-apa... aku tertidur pulas.. zzzzzz... bahkan aku tidak ingat proses tertidur itu..

-----

"Bu, bangun bu, operasi nya sudah selesai" ujar suster / petugas bedah yang sama yang menyambut kedatangan kami tadi. Aku masih setengah sadar, masih sangat mengantuk dan kebingungan. Hah, mosok iya operasi bedah utek-utek transvaginal nya udah dilewati. Seakan tidak percaya, aku tanya berkali-kali ke suster tersebut, susternya hanya senyum-senyum saja, sambil bilang "ga sakit kan bu?". Haa, mungkin dia sudah sering sekali menghadapi kejadian ini ya. Ibu-ibu yang parno duluan tentang operasi kuretase, yang didapat dari cerita orang. Sama halnya dengan diriku. Masih tidak percaya, aku melihat sekeliling, lalu kudapati sebuah jam dinding menunjukkan pukul 8.45. Lalu flashblack ke belakang, operasi kuretase tadi dimulai pukul 08.00 pagi. Berarti sudah sekitar 45 menit aku tidak tersadar, dan saat unconscious tersebut bagian rahim dan vagina ku di "kerjakan" sementara aku tidak ingat atau merasakan apa-apa. Canggih betul ya.. semacam magic ! Sulap ! Aku terpukau ! :))

Aku lalu meminta suster tersebut untuk memanggil suami ku. Tidak lama ia datang, aah itu dia si penunggu setia ku. Huhuu senang sekali melihatnya. Setelah berbincang sedikit, karena kondisi ku yang belum pulih benar dari pengaruh obat bius. Ia pun kemudian mengurus administrasi dan pembayaran di lantai dasar. Sebenarnya aku sudah diperbolehkan ikut, tapi aku meminta untuk istirahat dulu dan menunggu suami di sini sambil tiduran, karena kepalaku dan tubuhku masih sangat berat, aku lebih memilih untuk tiduran. Sempat aku bilang ke suster, kenapa dibangunkan dulu, padahal aku masih ingin tidur. Karena rasanya kurang nyaman, darah serasa mengucur deras dari vagina ku sisa operasi tadi, serta perutku yang masih agak mules. Aku ingin menskip saja proses ini, dengan tidur dalam pengaruh obat bius. Huuhu, agak menyayangkan dibangunkan sangat cepat oleh suster tadi.

Kira-kira setengah jam berlalu, suami ku datang kembali, tanda bahwa ia sudah menyelesaikan administasi dan pembayaran. Kami hanya perlu membayar Rp. 23.000,- untuk administrasi, alat kesehatan dan vitamin. Selebihnya Rp. 5.000.000 sekian dicover oleh asuransi. Ah lega nya :) Thanks Inhealth. Setelah lumayan pulih, aku meminta untuk bersiap-siap pulang. Aku mengganti pakaian dan merapikan diri. Penampilanku masih oke saat melihat ke kaca. Pensil alis yang kupakai tadi pagi masih terjalin rapi. Tidak menyangka kalau, operasi ini tidak membuatku "berantakan" :))

Selfie dengan suami ^^ You see my eyebrow ?! :)) :P


Aku keluar dari ruang bedah dengan diantarkan oleh salah satu petugas Rs dengan menggunakan kursi roda. Ini adalah prosedur resmi dari Rs. Carolus yang ku tau, mengantarkan pasien hingga ke lobby.
Jam menunjukkan pukul 12.00, dan aku sangaat lapar karena diharuskan puasa sejak semalam. Kami pun menyempatkan diri makan di Han Suki, Tebet. Sekaligus perayaan keberhasilan operasi ku.

Aku bersyukur sekali, karena operasi yang sebelumnya kutakutkan membuahkan hasil baik. Terima kasih sekali pada ilmu kedokteran yang semakin berkembang, karena nya kesakitan saat proses operasi berlangsung bisa terlewati. Oya, mau berterima kasih juga pada sesama blogger wanita lainnya yang pernah mengalami proses kuretase, karena nya aku bisa menghadapi jalannya operasi dengan tenang. Terima kasih yaaa :))

Don't trust rumours, trust the experienced people ! :))
So I dedicate this post, for those who are facing the curets surgery. Be brave & minta dibangunin agak lama sama suster nya hihihii.... ^^

#kuret #operasikuret #kuretase #asuransikuret




0 comments: