Setelah sempat tertunda 2 kali untuk memeriksakan kandungan, akhirnya baru kemarin gue jadi ke dokter. Jam setengah 6 tenggo berangkat dari kantor menuju Rs. Carolus, karena jadwal praktek dokter hari ini cuma sampai jam 7 malam. Karena review orang-orang dokter ini cukup banyak peminatnya, siangnya gue udah tlp dulu untuk pendaftaran & dapet nomor 12.
Sampai di Carolus jam 6 kurang. Gue cukup familiar dengan rumah sakit ini karena dari umur 4 sampai 6 tahun gue cukup banyak menghabiskan waktu di sini. Kebetulan di Carolus ada gereja Katolik. Di sinilah cikal bakal terbentuknya seorang Dhiesta, gue inget waktu pertama kali ikut sekolah minggu di sini. Diajar rohani Katolik dasar oleh suster-suster baik hati dengan diselingi permainan-permainan yang menyenangkan. Makanya gue ngotot mau ngelahirin di sini..
Kurang lebih 3 pasien terlewati, nama gue dipanggil. Tapi gue minta untuk diskip dulu karena menunggu si Divoy yang tak kunjung datang. Jam sudah menunjukkan pukul 7.00 dan pasien terakhir adalah gue, tapi Divoy belum datang juga, akhirnya gue masuk ke dalam ruang dokter sendiri, dengan terlebih dulu janjian sama si Divoy kalau bakal me-record semua percakapan kami.
First impression ketemu Dr. Seno Adjie, gue suka, karena orangnya ga setua yang gue bayangin. Netjes dan gaya, kaya pastor malahan gue pikir hehe.. Gue kasi tau segala keluhan gue, termasuk konsultasi 'antar teman' dengan Mas Ando dan keresahan gue tentang adanya kemungkinan kista. Dia mendengarkan dengan seksama tanpa sedikitpun menginterupsi, dia biarin gue bercerita mengenai research-research gue sebelum bertemu dengannya hari itu. Lalu dia minta gue berbaring di ranjang untuk dicek usg. Sama kaya di Hermina sebelumnya, perut gue seperti diolesi cairan yang berlendir dan segera setelahnya si dokter memeriksa dengan alat bantu-nya. I can see bagian dalam di perut gue di layar. Gue menerka-nerka mana ya kistanya. Gue pun dibuat penasaran dan gemes sekaligus, karena si dokter ga kunjung ngasih hasil, masih tetap mengamati. Sampai akhirnya dia tanya "Ibu terakhir tes urine kapan?" gue jawab, waktu diterima kerja di kantor sekarang dok, tepatnya 1 setengah tahun yang lalu. Trus dia tanya lagi "Ibu cek sebelumnya kapan?", di Hermina, bulan November 2011. Setelah ngasih pertanyaan-pertanyaan itu, si dokter angkat bicara "Ibu hamil ini".........
Gue speechless, sambil air mata menetes deres. Gue meyakinkan ke dokter apa itu benar, dan berulang kali bilang "jangan dulu dok (hamilnya, red)".. Masih dalam keadaan menangis, si dokter menenangkan sambil bertanya kenapa menangis, gue jawab karena kasian anak saya baru ketahuan setelah usia 9 minggu, ibu-nya belum prepare yang terbaik buat dia. Teuteup gue masih menangis meraung-raung. huhuhuuuuuu.. Pas di sini, divoy masuk dan kaget mendapati istrinya menangis tersedu-sedu, tapi juga senang saat tau hasilnya. I was too sensitive at that time. Ga nyangka, ga ngira, ga percaya, campur aduk jadi satu. Semula gue pikir hal yang kurang baik menimpa gue, ternyata sebaliknya, ternyata malah lebih baik. Puji Tuhan
Si dokter bilang, anaknya tumbuh normal dan sehat. Tangan kecilnya sudah mulai terbentuk. Gue sama divoy cuma bisa bertanya seadanya. Karena kami... speechless... sungguh tidak percaya... Dokter menyarankan untuk minum vitamin buat ibu hamil; Cavit-D3 & Folavit 400 mg masing-masing sekali dalam sehari, juga susu Anmum. Dalam sebulan ke depan, gue diharuskan untuk memeriksakan kembali janin dalam rahimku..
Keluar dari ruang dokter. Gue sama divoy ledek-ledekan.. ciyeh yang sebentar lagi bakal jadi ayah dan ibuuu.. Uhhhuuuyyyy... tapi gue tetep mewek.. huhuhuhuhu.. masih ga percaya... Selanjutnya kami berdua mau cari-cari info tentang kehamilan dan menjaga buah hati kami tercinta..
God has been so nice to us. Terima kasih Tuhan untuk hadiah dari-Mu yang tidak terkira ini. You are truly a father of mine. Kecup paling basah untuk-Mu... :*******