8 bulan usia pernikahan kami, Tuhan memberikan hadiah yang begitu istimewa. I call it an early Christmas gift.
Akhir bulan November lalu kami memutuskan untuk kembali menyusuri cluster Pasadena Park untuk mencari rumah. Cluster ini sudah pernah kami datangi sebelumnya, jauh sebelum kami menikah. Hanya saja saat itu, Pasadena Park bukan menjadi pilihan kami. Sistem kepemilikan rumah berlangsung kira-kira setahun setelah akad KPR dengan bank & developer. Bahkan bisa lebih, kalau-kalau modalnya si developer belum ke kumpul. Fiuh, pikir kami kelamaan ya. Karena itu, kami mencari yang lain.
Hampir setiap minggu kami berkeliling, menjelajah daerah sekitaran Jatibening, Jatiwaringin dan sekitarnya. Pekerjaan itu membutuhkan waktu seharian, kami bisa pergi di pagi hari dan pulang di sore harinya. It was trully wasting your time. Apalagi kalau rumah yang sudah dicari susah-susah ternyata jauh dari yang diinginkan, nelongso deh. Tapi itu semua nunjukin usaha dan kesungguhan kami untuk mendapatkan rumah tinggal. Trust me, sebaik apa pun perlakuan mertuamu & nikmatnya ga perlu ngeluarin uang buat bayar listrik atau telpon, tetap tinggal di rumah sendiri lah yang paling enak. Kami sudah sangat tidak sabar ngurus rumah tangga & nyicil perabotan. Kami, terutama saya sih, sudah tidak sabar ingin menambah kerempongan hidup dengan mengurus rumah tangga. Segera!
Hari itu, eyang Tardjo minta ditemani cari rumah di cluster baru. Karena sudah tua, Ia ingin mencari rumah yang lebih kecil dan menjual rumahnya yang sekarang di daerah Cawang. Kami pikir sekalian cari untuk kami juga. Cluster pertama yang dikunjungi oke banget, East Point. Aksesnya sangat mudah krn keluar tol Jatibening langsung. Tapi harganya ga tahan, 500 jt lebih dengan luas tanah 80 m saja. Gilaa ! Dia pikir cari duit gampang apah. Eyang Tarso sepertinya tertarik, ya karena punya duit juga. Kalo kami skip yang ini, cari yang lain, ga worth menurut kami harga segitu untuk luas tanah yang kecil. Totally skip !
Cluster kedua yang kami datangi adalah Pasadena Park. Eyang Tarso nolak mentah-mentah karena letaknya yang agak jauh dari jalan raya utama menuju tol. Gaya ya, padahal kalau dipikir mobilitasnya ga akan terlalu sering. Di sisi lain, kami jadi berubah pikiran tentang cluster ini karena sudah banyak berkembang, ada fresh market, dan health club, kami pun sepakat untuk meng-approach-nya di keesokan hari.
Singkat cerita, kami kembali ke sana. Bertemu dengan marketingnya dan mendapati Pilihan sudah sangat terbatas, karena hampir seluruhnya sudah terjual. Awalnya kami disodori sebuah kavling untuk dibangun sendiri nantinya. Makan waktu pengerjaan sekitar 3 bulan lah, lebih cepat dari cluster baru yang masih akan dibangun dan On budget. Tapi usut punya usut sertifikat kavling ini belum pecah dan butuh waktu setahun lebih untuk prosesnya bahkan lebih, jadi belum bisa diambil alih ke kami. Eaaaa, pake lama, cape deh.
Di sinilah tangan Tuhan bekerja. Setelah ga bisa beli kavling saja. Si marketing itu ngasi info ke kami kalo ada clientnya yang mau jual rumahnya. Ready stock & sudah 90% jadi. Jawaban dari kebutuhan kami yang mau punya rumah segera. Keesokan harinya, kami sudah berhubungan dengan pemiliknya langsung. Namanya Pak Oki Taruna, seorang arsitek. Kebetulan sekali ya, rumah yang akan kami beli ini sudah di utak atik sama dia dari layout awalnya, di design sedemikian rupa agar terlihat lebih luas dan nyaman untuk keluarga muda. Si bapak ini rencananya mau beli rumah ini untuk diberikan ke anaknya, who even hasnt married yet, enak banget ya bok. Tapi si anak ga mau karena terlalu berdekatan dengan si bapak.
Dari awal Desember kami fokus mengurus kepemilikan rumah. Proses pengalihan pesanan rumah & pengajuan KPR riweuhnya bukan main loh. Beberapa kali kami minta ijin atasan datang terlambat, mem-follow up ini itu di jam sibuk-sibuknya kantor, atau mendatangi rumah Pak Oki sehabis pulang kantor. We put it as our first priority. Acara keluarga, kumpul dengan teman-teman juga usaha kecil-kecilan kami otomatis tersampingkan.
Soal biaya, harga rumah ini lumayan bikin kami harus mutar otak & nguras seluruh tabungan. Sempat pusing karena harus mengikuti kesepakatan dan track record pembayaran Pak Oki ke developer, yaitu 80 % cash bertahap - 20 % kpr. Kondisi keuangan kami berdua sebaliknya : 80 % KPR - 20 % cash. Ga ketemu dong.. Tetapi Gusti Allah ora sare, He trully helps us. Kami dipertemukan dengan pemilik rumah yang sangat baik, yang sangat kooperatif dan nauin (bhs jawa: mengerti) kondisi pasangan muda seperti kami. Kami konsolidasi dengan dia, dan tercipta kesepakatan yang buat kami sangat melegakan. Ditambah support dari orang tua, kaka adik serta saudara-saudara yang sangaaaat membantu. We trully love you guys :* :*
Kemarin kami sudah mengajukan KPR ke bank BNI, dan jika semua prosesnya berjalan lancar bulan Januari 2012 nanti kami sudah bisa menempati rumah itu. Semoga semuanya berjalan lancar ya... Mohon doanya :)
Here's the sneak peak of soon-to-be-our-house.
Pasadena Park, E2 / 11.
Lt. 128 m, Lb. 65 m