Friday, July 30, 2010

Bukan Penulis Sontoloyo

Aku baru aja selesai baca beberapa tulisan teman-teman di blog mereka, hhiii.. seketika aku merasa jiper dan iri.. kenapa? karena aku ga sepandai mereka dalam menuangkan perasaan dan pikiran di otak ke dalam kata-kata. Sepertinya gampang sekali buat mereka untuk membuat dunia mengerti apa yang merasa rasakan dan pikirkan saat itu. Beda banget sama aku. Aku merasa ga bisa menuangkan itu semua ke.dalam.bentuk... tulisan.

Aku ambil contoh, Meida, teman kampusku yang terkenal galaknya ngelebihin nenek lampir ini *peace Meidung :p* bilang kalo inspirasinya dalam menulis terbentuk saat ia sedang merasa gundah gulana dan sedih. Kadang Ia malah mengingat-ingat kesedihan di masa lalu-nya hanya untuk terinspirasi. Hal itu terbukti, saat baca tulisannya, sepertinya aku benar-benar merasakan kepedihan yang dirasakan oleh Meida, sampai-sampai setelah baca beberapa tulisannya, aku menangis, ikut larut dalam kepedihannya.. hikss.. Meida begitu handal, seakan-akan setelah dia menulis, otaknya kosong dan beban dalam dirinya lenyap karena semuanya sudah dikeluarkan ke dalam tulisan, ditambah pemilihan kata-katanya juga bagus & bervariasi. Semakin sempurnalah tulisannya. Lalu aku berfikir, gila ya sebuah tulisan bisa mempengaruhi aku sampai segitunya dan ini kudapatkan dari temanku sendiri.Pengalaman ini sudah lamaaaa sekaliiii gak aku rasain. Terakhir kali waktu SD, baca Chicken Soup for the Soul *kecil2 dah berat yak bacaannya, heheh*



Kalo bisa mengikuti cara Meida.. kayanya aku ga perlu susah-susah mengingat kejadian sedih di masa lalu, my present time isn't that happy. Tapi aku merasa kemampuanku terbatas di situ. Banyak sekali pikiran-pikiran di kepala, tapi ga ada satu pun yang bisa keluar ke dalam tulisan. Aku selalu ingin mendokumentasikan sosok mama di saat-saat terakhirnya, betapa ia berjuang dengan gigih melawan kanker ganas di tubuhnya tetapi ga sedikitpun ia pernah menyerah. Aku juga ingin mengeluarkan unek-unek tentang perjalanan cintaku dengan Divi yang terseok-seok. Betapa aku sedih karena kami begitu nyaman dan mencintai satu sama lain, tapi harus terhalang karena faktor di luar kami sendiri ! Perbedaan. Damn ! Aku benci kata itu ! Kalo udah menyangkut kasus ini, bukan cuma sedih yang aku rasain, tapi juga marah dan kecewa ! Aaah, seandainya aku pandai memainkan jari jemariku, pasti akan lega sekali rasanya hati ini.

Aku ingiiiin, sangat, sudah mencoba, tapi tetap ga bisa. hhhh :(

Kamu tau Meida, tulisan-tulisan kamu, benar-benar mempengaruhi aku, sampai malam tiba dan akhirnya ga bisa terbendung lagi, akhirnya aku share ke Divi. Aku bilang kalo aku ingiiiin sekali bisa menuangkan perasaan dan pikiranku ke dalam tulisan yang bisa dimengerti oleh dunia. Aku juga bilang ke dia, kalo mungkin aku ga punya bakat menulis sama sekali. Tau Divi bilang apa? Dia bilang, dia suka dengan tulisan-tulisanku, katanya dia pernah baca tulisan yang kubuat untuk murid Korea-ku, Bek Sem, dan dia sampai terenyuh katanya. Aaah, melegakan sekali yaa, entah dia berkata benar atau enggak, tapi aku sedikit senang. Lalu dia bilang, kamu punya kemampuan menulis, tapi jalan kamu mungkin ga di situ, passion & bakatku juga begitu katanya, ada di tempat lain.

Benar juga pikirku, effortku di bidang ini sangatlah minim, tidak seperti Meida, dia bisa sampai seperti ini, karena sudah melalui serangkaian proses, while I'm not. Aku ga pernah berdebat soal karya tulis dengan sastrawan handal, aku juga jaraaaang banget baca buku atau tulisan-tulisan masyur buat aku pelajari, atau terus-terusan mengasah kemampuan menulisku, dengan menulis dan menulis lagi dan lagi. Nope, none of them.

Lalu dengan simple aku membandingkan aku saat sedang menulis dengan aku saat sedang scrapbooking. Gosh, seketika itu aku tercerahkan. Aku bisa begitu antusiasnya saat berdiri di jejeran rak kaca penuh dengan manik-manik, gunting, lem, kancing-kancing dan pita-pita, aku juga bisa berjam-jam duduk menul (bener-bener ga pindah tempat sama sekali, istilah jawa.red :p) berkutat dengan kartu & scrapbook things serta memandangi hasilnya berulang-ulang kali saat sudah selesai. Yang lebih bikin aku yakin nih, aku selalu mengandaikan hasil kreasi yang aku buat itu adalah anakku, sampai-sampai jika itu kubuat untuk orang lain, agak berat rasanya buat ngelepasinnya. *ini terlalu berlebihan, tapi benar begitu yang aku rasain*. Solusinya adalah, aku foto-in hasil karyaku itu, sampai berjuta-juta kali, sampai aku merasa tidak ada angle yang terlewat dari buah hatiku itu, dengan harapan suatu saat kalo kangen, bisa ditilik lagi.. halah *sadis aah*.



Cerita aku ini, mirip dengan tulisan Iboy di blognya, maybe u guys wanna see it, iboylogy.blogspot.com, nice one looh :). Tulisan kami itu punya kesamaan topik besar, which is "Have ur own path", cukup jelas yaa?! Tapi itu ga akan cukup jelas dan muncul kalo kami ga terinspirasi dari tulisan-tulisannya Perempuan Bulan Mei. Kalo bukan karena tulisannya, mungkin kami akan terus menjadi yang bukan kami, terpenjara dalam passion, bakat maupun uniqueness which are absolutely not us.. Uuuh, am so proud of you dung, thanks for being who you are, cos we got inspired.

Efeknya buat aku sekarang, aku menulis tanpa beban, dengan gaya seorang dista, yang ga bisa benar-benar menuangkan perasaannya yang terdalam ke tulisan, pemilihan kata yang ga bervariatif, dan gaya bahasa yang itu-itu aja. No problemo, cos my heart belongs to scrapbook. Di wadah itu, aku diam, aku fokus, aku lupa masalahku, aku kembali senang, dan seterusnya begitu, karena aku punya penyaluranku :)

So this is me, dhiesta the scrapbooker, kedengerannya lebih enak yah, dibanding Dista si penulis sontoloyo. hehehe..



*Cheers*

Thursday, July 29, 2010

Iboy's Malaikat Ribet

One day in June, Iboy had a problem related with her journey plan. I guess, it's not a really big one, but since it related to others, especialy because it's her best friend, she got a lil bit frustated (ekh, aku berlebihan gak yah deskripsiin kamu saat itu boyke? :p). From here, I just knew that Iboy doesn't like to disapointed others. She wants to pleased everyone, eventhough she has to sacrifice her own happiness. Really nice of her, isn't she?

At that moment, all I know was, she was in doubt, dilemma and I was pretty sure she needed someone to share her problem with. So there was me. I chatted with her in YM, gave some "sotoy" advices and encouragement words, it even didn't last long. I bet I just did a SIMPLE thing which I believe every people will do the same to their own friends. But I was wrong, it left a great impression to her. I knew it when I saw an article titled "Malaikat Ribet" in her blog. She didn't even tell me that she wrote it, I found it when I googled my own name "Dhiesta Natalia" (well, yeah, I sometimes do this to know how far I've achieved something :).


Aku terenyuk. "Perbuatan yang kamu anggap kecil dan tidak bernilai, dapat berimbas besar bagi sesamamu" ... aaah Iboy, I learnt from this, hopefully I could help people more often and thanks for reminding me.



Rizky Amelia a.k.a Iboy




~ Malaikat Ribet ~


Dia malaikat ribet yang diturunkan ke bumi untuk mewarnai dunia kami.

Dia bukan Isrofil, Rokhib ataupun Jibril. Dan dia bukan lelaki seperti malaikat pada umumnya. Malaikat yang satu ini sangat special. Jenis kelaminnya perempuan, wajahnya cantik oriental, pipinya gambil dan tubuhnya sekal. Nama malaikat ini Dhiesta Natalia.

Hehe.. iya sih dia bukan malaikat yang sesungguhnya seperti Jibril dan Isrofil. Tetapi pribadi membuat gw menjadikan Dhiesta sebagai malaikat (Lebaaay ya bok! Biar ah). Dhiesta orangnya penyayang sama semua orang, apalagi sama teman-teman dekatnya. Penolong yang nggak pandang bulu. Initnya dia selalu memperlakukan manusia sebagaimana mestinya. Bahkan adakalanya dia bersikap super duper baik sama seseorang.

Awalnya gw menganggap Dhiesta sama aja kayak anak-anak lainnya. Malahan sempat kepikiran, gara-gara dia dari etnis paguyuban (baca China) mungkin dia rasis. Cuma mau bermain dengan orang-orang dari Paguyubannya. Tapi gw salah. Dhiesta tidak seperti itu. Dia temenan dengan semua orang dari segala etnis, agama dan negara. Dan Dhiesta memperlakukan mereka semua sama.

Dibilang deket sama Dhiesta, enggak juga sih. Mungkin Anda, Dain, Anggie, Boby lebih deket sama Dhiseta karena pernah punya ikatan emosional karena pernah mengalami suatu hal yang seru dan nggak gampang untuk dilupakan. Walaupun sering main bareng sama Dhiesta, tapi sepertinya gw hanya kenal dia di permukaannya saja. Secara mendalam, jujur gw belum terlalu kenal Dhiesta.

Gw kenal Dhiesta waktu sama-sama duduk di bangku kuliah. Waktu itu kami sekelas dan sering banget terlibat kegiatan kampus bersama. Kesan yang timbul dari semua kegiatan kampus yang dijalani bersama Dhiesta adalah: RIBET!

Serius, cewe satu ini ribeeeetnya minta ampun dalam berbagai hal. Saking ribetnya teman-teman kampus sampai menjuluki dia sebagai Miss Ribet atau Misri. Mungkin agak kasar kata Ribet itu. Sebenarnya Dhiesta adalah orang yang kreatif dan peduli sama hal-hal yang detil. Makanya orang-orang dan gw mengganggap dia ribet.

Gw inget, setiap ada acara dekor mendekor, maka si Dhiesta bakal menjadi PJ-nya. Dan dengan jari jemarinya yang telaten, seperti disulap, simsalabim, jadilah sebuah dekorasi yang artistik. Main ke kamarnya pun, gw bakal dengan mudahnya menemukan scrapbook atau kolase di dinding kamarnya. Di atas meja belajarnya, dalam sebuah kotak plastik ada seperangkat alat kreatif seperti gunting, lem, manik-manik, paper punch, spidol warna-warni, krayon, kertas origami, dll.

See, karena orangnya kreatif dan detil, maka nggak salah kalo Dhiesta sukses di dunia advertising. Yeap, setelah lulus dari bangku kuliah, Dhiesta langsung masuk dunia periklanan dan karirnya melesat bak roket. Tak lain tak bukan itu karena kreativitas yang dia punya.
Nah, Sabtu malam itu gw baru menyadari betapa luar biasanya wanita ini. Orang yang penuh kasih sayang dan kepedulian. Dhiesta secara netral dan bijaksana menanggapi pembatalan gw ke Bali. Sumpah, kata-katanya benar-benar membesarkan hati gw. Dia melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang netral. Tidak menyalahkan gw, pun tidak membela Anda. Dhiesta berdiri sebagai orang yang melihat permasalahan ini dari sudut pandang netral. Ga memihak gw maupun Anda.

Setelah dibuat merasa baik dengan kata-kata bijaknya, ingatan gw mundur ke masa dimana Dhiesta telah berbuat baik kepada gw dan orang lainnya. Yang paling gw inget adalah saat Dhiesta menawarkan diri ke gw untuk tinggal di rumahnya. Ketika itu gw ngeluh tentang kemacetan daerah Tebet. Dhiesta dengan baiknya menawarkan gw untuk nginep di rumahnya biar gw nggak stres-stres amat dengan kemacetan menuju Tebet. Dia bilang: "Nanti kita berangkat bareng Boy," Ya ampun berasa punya kakak cewe deh.

Sebenarnya masih banyak lagi kebaikan si malaikat ribet itu. Tapi kalau nulisnya kepanjangan kayaknya bosenin juga ya jadinya.

Duh, pokoknya gw suka dan sayang banget sama malaikat ribet ini. Kalau di hidup gw dan teman-teman lainnya ga ada si malaikat ribet ini mungkin jadinya nggak bakal seru.
Dan satu lagi, berdoa dari dalam hati gw terdalam untuk Dhiesta yang Juli ini bakal memberanikan diri untuk maju ke hubungan yang lebih tinggi dengan Pacarnya Divi.

Lancarkanlah urusan Dhiesta dalam hal yang satu ini. Semua ada solusi dan jalan tengah yang membuat semua orang bahagia...

Love uuu Dhiestaaaa..




Almost forgot, she even made this special birthday e-card for me. I love u even more boykee !




Saturday, July 10, 2010

~ Bingar & Rio ~

This is it.. bulan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga... The marriage of my lovely cousin.. Cicilia Bingar, atau yang lebih sering kupanggil dengan Mba' Ari..

I cant believe she finally reached this phase of life... Mba Ary yang tomboi, cuek dan selalu berusaha mati-matian buat ngurusin badan, akirnya menemukan tambatan hatinya dan memutuskan untuk menikah. WOW ! I never thot it would happend this fast, at her age. I thot she's probably get married at the age of 30 or something, maybe.. well, i dunno..

Aku dan Mba Ary bisa dibilang ga punya kenangan masa kecil yang banyak.. kalo diibaratkan dengan orang pacaran, we were doing the LDR... I'm in Jakarta while she's in Semarang, kampung halamanku.. Satu-satunya yang bisa mempertemukan kami adalah acara-acara besar keluarga dan Natal adalah acara yang paling kusuka, karena mau ga mau aku pasti akan ketemu dia.. Meskipun intensitas pertemuan kami ga banyak, but she really is a good cousin, selalu perhatian dengan menanyakan kabarku atau memberikan wejangan kaka sepupu sotoy ala kadarnya hehehe..

I cant afford to buy her a washmashine or a refrigerator... kado-kado yang wajib dikasih buat keluarga baru.. so I gave a fully-customized-made-from-the-heart scrapbook card, together with a lingerie.. heehee... the second was the idea from the three of us, my another cousin and my sista..

Here's the project..

*1st page*



*lilac as background colour combined with purple flower,
metal butterflies embellishments and stars beaded-bead*




*The tagline*



*2nd page,
Open it and the joy emerge, that's the idea*




*Taraa... We are all pop up*



*Us Adel, Dhiesta & Tia*



*Congrattsss... *



*Again, purple flower
embellishment*



*Bride Pop Up Sticker*




*In case any of u wants to make a custom scrapbook card,
please do not hesitate to contact detail below*





Happy wedding to both of you.. Mas Iyo, jaga Mba Ari baik2 yaaa...
PS : I love her much..

My Dad's Wifey


Here goes the pic of my present family..






Wish you both happy, prosperous and blissful married life. Congrats !